DASAR-DASAR APRESIASI DRAMA
Beberapa
Pengertian
1. Drama diartikan sebagai “suatu
karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan
dala bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan ole para actor di atas pentas”
2. Sedangkan kata theater
diartikan sebagai ‘suatu tempat di mana lakon-lakon, opera-opera, film-film,
dsb. dipertunjukkan”. Webster’s New World Dictionary (1989)
3.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian. Pertama,
drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog
yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik
atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yan
menyedihkan.
4.
Dalam sejarahnya (Barranger, 1994) kata drama dan teater
memiliki arti yang berbeda. Drama berasal dari bahasa Yunani drama yang berarti ”to do” atau ”to
act” (berbuat).
5.
Kata teater juga erasal dari Yunani theatron yang berarti
”a place for seeing” (tempat untuk menonton), dengan demikian kata teater
mengacu pada suatu tempat di mana aktor-aktros mementaskan lakon.
6.
Secara lebih mudah, kata drama
diartikan sebagai lakon yang dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas, sedangkan
teater diartikan sebagai tempat lakon itu dipentaskan. Dengan
demikian, seyogyanya kita bukan mengajak ’bermain teater’ tetapi ’bermain
drama’, dan bukan ’menonton teater’ tetapi ’menonton drama di teater’.
7.
Pengertian lain, drama adalah kisah kehidupan manusia
yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak
laku, unsur-unsur pembantu (dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta
disaksikan oleh penonton.
8.
Ada sejumlah istilah yang memiliki kedekatan makna dengan
drama, yaitu
a.
Sandiwara. Istilah ini diciptakan oleh Mangkunegara VII,
berasal dari kata bahasa Jawa sandhi ang berarti rahasia, dan warah yang
berarti pengajaran. Ole Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara diartikan sebagai
pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.
b.
Lakon. Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti,
yaitu (1) cerita yang dimainkan dalam drama, wayang, atau film (2) karangan
yang berupa cerita sandiwara, dan (3) perbuatan, kejadian, peristiwa.
c.
Tonil. Istilah ini berasalh dari bahasa Belanda toneel,
yang artinya pertunjukan. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.
d.
Teater. Istilah ini berasal dari kata Yunani theatron,
yang arti sebenarnya adalah dengan takjub memandang, melihat. Pengertian dari
teater adalah (1) gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang
penyampaiannya dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.
e.
Pentas. Pengertian sebenarnya adalah lantai ang agak
tinggi, panggung, tempat pertunjukan, podium, mimbar, tribun.
f.
Sendratari. Kepanjangan akronim ini adalah seni drama dan
tari, artinya pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh
sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan
percakapan.
g.
Opera. Artinya drama musik, drama yang menonjolkan
nyanyian dan musik.
h.
Operet. Opera kecil, singkat, dan pendek.
i.
Tablo. Yaitu drama yang menampilkan kisa dengan sikap
dan posisi pemain, dibantu oleh pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.
Bentuk-Bentuk Drama
1.
Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan
menjadi dua
a.
Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya
disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b.
Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam
bentuk prosa.
2.
Berdasarkan sajian isinya
a.
Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh
yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang
tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan
kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara
tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau
kesedihan.
b.
Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat
menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang
berakhir dengan bahagia.
c.
Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya
menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3.
Berdasarkan kuantitas cakapannya
a.
Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b.
Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali
kata-kata.
c.
Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak
kata-kata.
4.
Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a.
Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara
atau musik.
b.
Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
c.
Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
5.
Bentuk-bentuk lain
a.
Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan
atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b.
Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca,
bukan dipentaskan.
c.
Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan
kam bangsawan (muncul abad ke-18).
d.
Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan
rakyat biasa.
e.
Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan
kejathan atau keruntuhan tokoh utama
f.
Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya
digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
g.
Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu
babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta
pengaluran yang ringkas.
h.
Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang
sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).
Perbedaan Drama Dan Teks Sastra
Lainnya
1.
Dalam teks drama yang lebih
mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan
yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan
dicetak miring) itulah pengarang naskah drama memberi arahan penafsiran agar
tidak terlalu melenceng ari apa yang sebenarnya dikehendaki.
2.
Penulis lakon membeberkan
kisahannya tak cukup jika hanya dibaca. Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut
action. Pementasan di panggung. Penulis lakon membayangkan action para aktornya
dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian paling penting dalam drama. Lewat
dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran, karakterisasi, yang kesemuanya
itu terhidang di panggung lewat action alias gerak. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton menyebut drama sebagai
’life presented in action’, alias drama adalah hidup yang ditampilkan dalam
gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah satu bagian dari
genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi
lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di panggung (Sudjiman,
1990).
Unsur-Unsur Drama
1.
Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon
haruslah bergerak maju dari suatu beginning (permulaan), melalui middle
(pertengahan), dan menuju pada ending (akhir). Dalam teks drama disebut sebagai
eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
·
Eksposisi, adala bagian awal yang memberikan informasi
kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau
memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian
utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi.
·
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan
pengembangannya. Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan,
atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat
diketahui bagaimana watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan
antagonisnya).
·
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari
drama. Resolusi haruslah berlanagsung secara logis dan memiliki kaitan yang
wajar dengan apa-apa yang terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en
atau unhappy-end.
2.
Karakter merupakan sumber konflik dan percakapan
antartokoh. Dalam sebuah drama harus ada tokoh yang kontra dengan tokoh lain.
Jika dalam drama karakter tokohnya sama maka tidak akan terjadi lakuan. Drama
baru akan muncul kalau ada karakter yang saling berbenturan.
3.
Dialog merupakan salah satu unsur vital. Oleh karena itu,
ada dua syarat pokok yang tidak boleh diabaikan, yaitu (1) dialog harus wajar,
emnarik, mencerminkan pikiran dan perasaan tokoh yang ikut berperan, (2) dialog
harus jelas, terang, menuju sasaran, alamiah, dan tidak dibuat-buat.
Unsur-Unsur Pementasan
1.
Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang
perlu dikenal, yaitu (1) naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4)
panggung, (5) perlengkapan panggung : cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6)
penonton.
·
Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis
besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan tingka laku
konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya
dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta
secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang sebenarnya
terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan
panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas, misalnya drama
karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan
mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan tujuan pementasan
tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang
dibayangkannya.
·
Sutradara. Setelah
naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting. Sutradara inilah yang
bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil.
Ia bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja,
penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon penonton.
·
Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan
tokoh yang diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa
kepiawaian dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan
sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.
·
Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat
dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai
pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton dapat mengamati pementasan
secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung berbentuk arena,
sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.
·
Cahaya. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas
penglihatan penonton terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa
mendukung penciptaan suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat
mendukung keratistikan set yang dibangun di panggung.
·
Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting.
Bunyi dapat diusahakan secara langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi
juga dapat lewat perekaman yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang
bertanggung jawab mengurusnya.
·
Pakaian. Sering disebut kostm (costume), adalah pakaian
yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan
tokoh yang diperankannya. Dengan melihat kostum yang dikenakannya para penonton
secara langsung dapat menerka profesi tokoh yang ditampilkan di panggung
(dokter, perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya (rakyat jelata, punggawa,
atau raja), dan sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).
·
Rias. Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18
tahun dapat berubah wajah seakan-akan menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga
wajah tampan dapat dipermak menjadi tokoh yang tampak kejam dan jelek. Semua
itu diusahakan untuk lebih membantu para pemeran untuk membawakan perwatakan
tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran sutradara.
·
Penonton. Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu
dipikirkan juga. Jika drama yang dipentaskan untuk para siswa sekolah sendiri,
faktor mpenonton tidak begitu merisaukan. Apabila terjadi kekeliruan, mereka
akan memaafkan, memaklumi, dan jika pun mengkritik nadanya akan lebih
bersahabat. Akan tetapi, dalam pementasan untuk umum, hal seperti tersebut di
atas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, jauh sebelum pementasan sutradara
harus mengadakan survei perihal calon penonton. Jika penontonnya ”ganas” awak
pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak mengecewakan para
penonton.
Pembagian Tugas Dalam Pementasan
1.
Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan,
terlebih dahulu perlu kita kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan.
Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi
menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim
penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan
"acara" pementasan. Tim penyelenggara meliputi ketua panitia
(pimpinan produksi), sekretasis, bendahara, sie dana, sie publikasi, sie
perlengkapan, sie dokumentasi, si konsumsi, dam masih banyak lagi. Tim ini
berperan dalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya acara
pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial
minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang bagus)
bergantung pada tim ini.
2.
Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim
pementasan adalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni (drama)
untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulis naskah, tim
artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim
pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung)
atau aktor, dan tim behind stage (belakang panggung). Kedua tim ini memiliki
peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
3.
Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta
tugas dan kewenangannya.
a.
Sutradara. Seperti kita ketahui bersama, sutradara
adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemain
sesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain
dalam mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak
sekaligus bertanggung jawab mutlak atas pementasan.
b.
Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah
dipilih untuk dipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia
tidak memiliki hak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung
jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalam perencanaan akting,
seorang penulis naskah hanya diminta sebagai komentator.
c.
Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah
mewujudkan latar (setting panggung) seperti yang diinginkan oleh sutradara.
Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan
setting panggung yang mendukung cerita.
d.
Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah
merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga
pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata
caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus
memiliki pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e.
Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan
busana adalah mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter
tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana
berkoordinasi erat dengan sutradara.
f.
Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan
sound effect yang mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata
panggung, dan penata cahaya, penata suara menciptakan latar yang mendukung
pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memiliki
kemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.
g.
Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang
ditugaskan kepadanya oleh sutradara.
4.
Tim penyelenggara dan kewenangannya adalah sebagai
berikut.
a.
Ketua Panitia f. Sie Dokumentasi
b.
Sekretaris g. Sie Perlengkapan
c.
Bendahara h. Sie Konsumsi
d.
Sie Acara i. Sie Tempat
e.
Sie Dana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar